Jam setengah empat
pagi, di kosan.
Setelah sholat malam
dan tidak bisa tidur.
Perpaduan mata yang
ngantuk tapi tidak bisa tidur, dan hati yang tidak bisa tenang.
Kemarin sore, tiba tiba
grup wasap rame. Awalnya tidak tahu, apa yang terjadi hingga denting notifikasi
handphone tidak berjeda beberapa detik.
Gemas dan penasaran.
Akhirnya kubuka, hal
yang membuatku penasaran tadi.
Dan ternyata, isinya
adalah deretan foto foto siap unduh. Ada kali lebih dari 15 an foto ayah dan
ibu yang sedang jalan-jalan berdua. Yaa begitu, kencan seperti biasanya.
Kangen beliau berdua,
akhirnya aku becandain mereka dengan pura-pura marah karena aku gak diajak.
Kukira ayah akan
menjawab “hehehe.. kami Cuma iseng maen” atau “iya dong, kita kencan lagi” tapi
ternyata tidak.
Ayah menjawab kalo
sebenarnya ayah dan ibu baru ulang ziarah haji dari rumah salah satu temen
kerja Ibu. Kemudian handphone ayah jatuh. Dan ternyata rumah anak yang nemuin
handphone ayah deket dengan gunung Beruk, jadi beliau berdua sekalian mampir.
Sedetik kemudian, aku
shock. Handphone-ayah-jatuh? Kok bisa?
Aku :
lhoalah, kok bisa jatuh? Trus udah dibalikin?
Mungkin saat itu ayah lagi sibuk ntah ngapain gak
tahu, makanya yang bales ibuk.
Ibu : Di taruh kantong, karena
jalannya rusak jadi handphonenya jatuh gak tahu
Aku : Owalaaah
Ibu : Iya di balikin kok, trus
sama ibuk dikasih uang tapi dia gak mau, ibu bilang ke dia biar dipake buat
uang saku sekolah, dia malah nangis. Kasihan
Dari situ, tanpa sadar mataku mulai panas, pengen
nangis.
Aku : Huwalaaah, lha gimana jadinya
buk? Dia kelas berapa?
Ibu : Dia sekolah di SMP
Sumberejo, akhirnya tak masukkan sakunya
Aku :
Cowok apa cewek?
Ibu : Ibu tadi juga gak nanya. Anak
cowok, ibuk kasih uang kayaknya takut banget. Anaknya polos banget, jujur.
Aku : Lha iyaa, jujur banget. Semoga
sekolahnya lancar.
Ibu : Aminnn
Bener-bener masih pengen nangis. Ternyata masih banyak
orang baik di luar sana, dan salah satunya adalah anak yang barusan ditemui
oleh ayah dan ibu. Ada sebuah pelajaran penting banget yang bisa aku rasain
dari cerita ini, bahwa kita tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan milik
kita, apapun itu dan dengan alas an apaun.
Dari
sana, tiba tiba aku inget lagi tentang masalah masalah beberapa hari lalu yang
bener-bener sukses bikin aku susah tidur. Aku diliputi dengan satu pertanyaan
yang terus saja berulang-ulang muncul di kepala.
APA IYA AKU INI ORANG JAHAT? APA
IYA AKU INI SEORANG PENCURI?
Saakiit banget tiap kali denger dan baca
kalimat-kalimat yang mengibaratkan kalo aku ini dianggap tidak lebih dari
seorang pencuri. *ambil napas panjang*
Selama 24 tahun hidup, tidak pernah sekalipun ayah atau
ibuku membisiki dengan kata kata
“kamu boleh ambil sesuatu yang kamu inginkan dari orang
lain. Kamu boleh ambil apa yang kamu suka dan buat itu menjadi milikmu”
Aku mungkin gak pekaan, tapi aku masih bisa mikir kok mana yang baik dan mana yang buruk.
Aku mungkin seenakku sendiri, tapi aku tahu kok apa yang boleh dan gak boleh aku lakuin.
Aku mungkin egois, dan bahkan jahat, tapi tak pernah ada niatan sedikit pun dalam diriku untuk menjadi seorang pencuri, menjadi orang yang merampas sesuatu yang menjadi milik orang lain, menjadi orang yang merusak hidup orang lain.
Aku inget, aku pernah bertanya pada seseorang. Kenapa di
dunia ini ada orang baik dan orang jahat? Dan dia cuma senyum sambil bilang
“Allah
menciptakan manusia dengan wujud yang paling sempurna, dianugerahi dengan tubuh
yang baik dan dititipi dengan hati dan akal yang sama. Gak ada yang namanya
orang jahat, yang ada adalah orang yang dulu kebaikannya tidak dihargai atau
orang yang belum merasakan banyak kebaikan dari orang-orang sekitar .”
Tanpa
kita sadari, kata kata yang keluar dari mulut kita benar benar bisa membuat
kita berubah menjadi orang jahat, karena telah meninggalkan luka yang sangat
dalam. Tanpa kita sadari, kadang kita terlalu sibuk mencari cari kesalahan
orang dan akhirnya lupa kalau kita sendiri ternyata belum instrospeksi diri.
Coba deh,
lihat sesuatu selalu dari dua sisi. Bukan hanya satu sisi. Dengarkan pendapat
orang lain, jangan selalu berspekulasi sendiri dan akhirnya menarik kesimpulan
sendiri. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik, dibicarakan langsung, dibicarakan
dengan tenang, dibicarakan dari hati ke hati.
0 comment[s]:
Posting Komentar