Selasa, 08 September 2015

MANUSIA PASCA SARJANA

MANUSIA PASCA SARJANA

Long time no see..
Sejak postingan terakhir. Bulan Februari 2015
Dan sekarang sudah bulan September. Dan selama itu sudah banyak banget kejadian yang sebenernya pengen diceritain disini, tapi lupa, tapi gak sempet dan akhirnya sekarang kesampaian.
Seneng. Banget

Kesampaian cerita, walaupun gak berharap juga dibaca banyak orang.
Semenjak seminar proposal, hidup gue terus berjalan sampai dengan penelitian skripsi dan menulis laporan akhir. Perjalanan hidup gue sebagai pejuang skripsi menuju ujian skripsi sama beratnya seperti perjuangan gue memperjuangkan seminar proposal skripsi.



Kudu bolak balik ngolah data, jejerin tabel pemaparan data, analisis data dan menarik kesimpulan sampai dengan pengujian kesabaran oleh dosbing yang super gemesin seperti yang gue ceritain di postingan sebelumnya, angkat media sana sini, perjuangan bolak balik anter media ke kosan-sekolah-balik ke kampus sampai akhirnya berakhir dengan nilai A dan lulus menjadi sarjana dengan IPK 3,70.
Gue beneran nangis abis sidang skripsi itu. Tanpa sadar setiap detik perjuangan gue, kalang kabut, capek gue seperti diputar kaya video dokumenter tanpa sutradara yang otomatis berjalan ala timelapse di pikiran gue sukses bikin gue mewek.


Gue gak nyangka, kalo gue bisa lulus bareng temen temen SWASH gue. Gue hampir depresi dan ogah garap skripsi lagi sakit buntunya otak gue gegara dosbing gue yang satu itu. Tapi makin kesini gue makin sadar kalo gue beneran diuji dan skripsi gue beneran punya banyak andil besar dalam perubahan pikir gue selama ini.


Gue juga belom sempet ceria kalo selepas ujian skripsi, gue ditawarin ngajar di SDN Purwantoro 8, tempat gue PPL yang pernah gue posting juga di blog.
Gue yang semula ogah jadi guru, makin kesini gue makin ngerasa kalo ini emang tempat gue. Disinilah tempat gue seharusnya berada.
 
saya selalu yag antimainstrem :D
Jika kamu senang melihat mata anak-anak berbinar saat mereka memahami sesuatu, maka kamu cocok untuk berada di dalam kelas – AYAH

Hidup gue rasanya berjalan begitu cepat setelah ujian dan yudisium, sampai akhirnya gue mikir kembali hal apa yang mesti gue lakuin ke depannya, sementara ayah dan ibu gue pengen gue pulang saat gue udah lulus. Beliau berdua pengen gue jadi guru atau paling gak bekerja di Ponorogo. Sementara dalam hati kecil gue, gue belom siap untuk kembali. Gue gak pengen mengulangi sejarah. Gue gak pengen kembali ke ponorogo dan bekerja di Ponorogo hanya karena dasar nama belakang ayah, bukan karena kemampuan gue sendiri. Dan gue negesin ke diri gue sendiri kalo gue gak mau kayak gitu,

Sebuah ide muncul. Sebuah petunjuk akhirnya nuntun gue ke sebuah jalan.

Daftar S2.

Jalan yang selama ini tak pernah terbesit sedikitpun di dalam benak gue. Otak gue yang selama ini penuh dengan pengharapan kalo setelah kuliah gue baalan ikut SM3T akhirnya kandas karena berbagai faktor eksternal dan internal.
Ayah dan ibu adalah faktor utama pendorong buat gue daftar dan bersedia ikut tes di S2 itu. Gue bukannya gak mau, gue juga lillahi ta’ala kok daftarnya. Tapi gue gak 100% yakin kalo gue bakalan keterima. Dari awal prinsip gue simple. Kalo gue diterima, berarti itu emang jalan gue dengan segala konsekuensi dan keterbatasan gue, sementara kalo gue ga diterima itu artinya itu bukan jalan gue, dan gue yakin Tuhan bakalan nyiapin jalan lain yang lebih baik.

Wallahu alam.
Mukjizzat sekali lagi seperti terjadi pada diri gue dan keluarga gue. Tepat 2 hari sebelum hari raya Idul Fitri, gue mendapat kabar gembira untuk keluarga gue dan untuk diri gue sendiri tentunya. Gue diterima S2, di UM lagi.

Masuk S2 bagai mambuka skemata gue. Mengajarkan kalo selama S1 ini belom banyak ilmu yang gue dapet walaupun gue udah belajar selama empat tahun dengan segala jerih payahnya.


S2 bukanlah S1 yang ditempuh kedua – Prof. Imam Agus
Realize how blessed you are!
Kalimat itu yang selama ini menjadi pelecut semangat gue kalo gue males malesan belajar di program sekolah baru gue. Berapa puluh orang aja yang kecewa dan gak bisa diterima di S2 ini harus berjuang kembali demi cita-cita yang mereka impikan, sementara gue yang udah keterima masih mau enak-enakan dan santai santai. NO way, sekarang bukan waktunya untuk itu.
Gue tahu, dan gue sadar semakin tinggi jenjang pendidikan kita semakin tinggi juga ilmu yang harus kita gapai. Dan semakin tinggi pendidikan kita, kita harus membuktikan bahwa orang yang berpendidika harus bertinda sesua dengan tingkat pendidikannya.


Sudah hampir sebulan gue masuk pasca sarjana. Banyak hal baru yang gue temuin. Banyak pengalaman baru yang gue rasan sekarang ini. Mulai dari berteman dengan manusia manusia baru dari seluruh Indonesia dengan ragaman budaya dan bahasa yang berbeda, dengan pandangan hdup yang berbeda dan dengan cerita hidup yang berbeda yang kemudian bersatu menjadi sebuah keluarga baru di OFF A DIKDAS UM 2015. Gue, merinta, fifin, kiki, titis,mbak Indah, adib, mbak Agustin dan Bagus dari UM, Mas Candra, Mbak Feni, Nindi dari Universitas Jember, mbak Listi, Mbak Nia dan Feri dari UMM Malang, Mas Maxcel dan Mas Adam dari Kupang, mbak Desi dari Kalimantan dan Mbak Reni dari Makasar. Kalo dulu S1 temen temen gue Cuma berkutat dari Jatim, sekarang kami bisa saling berbagi pengalaman lebih luas dengan orang-orang yang memiliki karakter dan keunikan mereka.
Gue juga heran kalo semeter ni gue bertemu dengan etnis yang sangat beragaman selain dari temen temen sekelas. Gue sekarang juga ngajari private les seorang anak bernama Stefani kelas 5 di sebuah SD di Kota Malang. Stefani adalah seorang anak keturunan Tionghoa dengan agama Budha. Nama China nya kalo di rumah adalah Feling. Lucu ya, dia juga cantik dan pinter.



Dan kemarin, satu moment penting lagi terjadi.
WISUDA.
Akhirnya adek jadi sarjana bang! *lap ingus*
Minggu, 6 Septermber 2015.
Akhirnya seorang Putri Yunisda mawarni memakai toga, naik podium dan bersalaman dengan rektor untuk pertama kalinya dalam  4 tahun ribet kuliah. Oh men! Its so awesome moment, walaupun ribet in itu kesana sini. Tapi alhamdulillah lancar acaranya.
Walaupun belum bisa didampingi oleh PW (pendamping wisuda) dan masih didampingi orang tua, tapi itulah rasa syukur yang paling besar bagi gue, di hari penobatan wisuda gue, kedua orang tua gue masih bisa melihat gue secara langsung, berada di dalam gedung yang sama dengan gue, melihat gue naik podium, di geser tali toganya oleh rektor dan dengan senyum bahagia berfoto bersama seperti yang lain.

walaupun gue merem, gue bisa liat jelas kebahagian gue hari itu

THANK GOD!
Akhirnya, seorang putri yunisda berhasil memberikan sedikit kebahagiaan untuk kedua orang tuanya, walaupun sebenarnya perjalanan gue masih panjang dan cita-cita gue masih belom bisa gue raih sepenuhnya untuk membahagiakan mereka.


Terima kasih banyak untuk kedua orang tua, ayah, ibu, adek, nenek, mas Rifin, mas Kiki, Mas Bagas, Rofiq, Setyo, temen temen SMA mulai dari Ferdhin, Simuz, Giri, Redha,sampai dengan mbak Anes yang jauh jauh rela ngirim buket bunga dan coklat, buat semua ucapan yang diberikan teman teman dan rekan rekan, dan untuk teman teman seperjuangan pasca sarjana DIKDAS OFF A 2015 untuk surprise bagi kami yang sedang wisuda.
Penghargaan yang luar biasa. Kebahagiaan yang amat sangat tidak bisa dinilai harganya. Dan sangat bersyukur bahwa gue masih bisa memberikan dan berbagi kebahagiaan di tengah tengah mereka semua.

Dan mulai sekarang, lembaran hidup baru dimulai.
Hidup yang lebih nyata, hidup yang akan menuntun seorang putri yunisda berusaha lebih keras meraih cita-cita.


0 comment[s]:

 

Beautiful Days Template by Ipietoon Cute Blog Design